Jumat, 26 November 2010

Contoh Kasus Bisnis yang Tidak Etis


Contoh kasus yang berhubungan dengan bisnis yang tidak etis : 

Belajar dari Tragedi Ledakan Tabung Gas Elpiji 

Submitted by Om Nip-Nip on Friday, 20 August 2010 

        Akhir-akhir ini banyak kita temui di berbagai media seperti koran, televisi dan internet berita mengenai meledaknya tabung gas elpiji. Sudah banyak korban yang berjatuhan, baik yang memakai tabung 12 kg dan utamanya tabung 3 kg.

        Ada satu hal penting yang kurang diperhatikan dalam kebijakan konversi gas yang lalu. Ketika kita handling zat atau sesuatu yang berbahaya, kebutuhan utama konsumen yang harus diperhatikan adalah safety.

        Dari kasus meledaknya tabung gas elpiji ini ada pihak yang mendapatkan “berkah”nya. Yaitu sebuah perusahaan gas swasta yang kini diburu oleh konsumen yang ketakutan jika tabung gas elpijinya tiba-tiba meledak.

        Perusahaan ini bisa dibilang perusahaan kreatif karena perusahaan ini jeli dalam mengambil segmen pasar khusus yang perilaku konsumennya tidak memperdulikan masalah harga.


        Permintaannya naik tajam, terbukti dari sulitnya mendapatkan regulator dari agen–agennya yang sudah tersebar. Bahkan terkadang untuk mendapatkanya, seseorang harus memesan dan menunggu dalam hitungan minggu hingga bulan. 

        Dan kalau saya perhatikan, perusahaan ini tidak menawarkan gas mereka yang lebih hemat. Tidak juga tentang harga, seperti yang telah saya sebutkan diatas. Harga yang ditawarkan perusahaan ini jauh di atas harga gas elpiji pemerintah. Bukan juga tentang nyala api yang jauh lebih baik. 

        Apa yang membuat gas produksi perusahaan ini diburu oleh konsumen? Karena perusahaan ini menjawab kebutuhan utama dari konsumen elpiji saat ini yakni KEAMANAN. Dan ketika berbicara masalah yang menyangkut keamanan jiwa seseorang, maka dia akan berani membayar lebih untuk itu. 

        Perusahaan ini juga mampu mengkomunikasikan keunggulannya ke konsumen dengan motto yang menarik, yakni CITRA KEAMANAN MEMASAK. Sebuah janji yang diberikan dan memberikan keunggulan kompetitif karena hal tersebut tidak diberikan oleh pesaing.

        Perusahaan ini juga didukung oleh infrastruktur yang kuat untuk mewujudkan janji safety-nya ke pelanggan dengan mengeluarkan regulator yang berbeda dengan regulator elpiji biasa. Regulator ini mempunyai 2 sistem pengamanan yang mencegah terjadinya kebocoran gas. Satu untuk mengunci tabung gas, satu katup yang lain berfungsi untuk menyalurkan dan menghentikan aliran gas. 

        Pada saat pertama kali saya menganalisa perusahaan ini, saya berpikir bahwa perusahaan ini harus lebih mengintensifkan komunikasi melalui iklan dengan menujukkan kelebihannya yakni dari sisi keamanannya. 

        Kemudian memperbanyak jaringan distribusinya, karena selama ini orang banyak mencari produk ini tetapi kesulitan untuk mencari agen-agennya. Tapi tentunya perusahaan ini sudah berpikir ke arah itu. Hanya saja karena meningkatnya permintaan yang di luar dari perkiraan mereka, maka perusahaan ini mungkin lebih memprioritaskan pada pengadaan infrastruktur terlebih dahulu. 

        Jika perusahaan ini benar-benar mampu memenuhi janji keamanannya kepada konsumen, sudah barang tentu branding merek perusahaan gas teraman akan terpatri dalam benak konsumen. Dan jika sudah dipersepsikan di benak pelanggan (mind share), tahap selanjutnya adalah memikat hati pelanggan (heart share). 

        Apabila branding sudah mencapai tahap ini, perusahaan tidak akan khawatir jika di masa depan ada “penumpang” yang datang meramaikan persaingan. Mengapa? Karena dia sudah memenangkan hati konsumen dengan membangun hubungan baik kepada para pelanggannya. 


Dari artikel contoh kasus di atas dapat penulis simpulkan bahwa : 

        Perusahaan yang mengambil kesempatan dalam keadaan tersebut telah menyalahi aturan dan dapat dikatakan melakukan bisnis yang tidak etis. Hal tersebut dapat dilihat dari paragraf yang telah ditandai di atas. Perusahaan memanfaatkan keadaan dengan mengesampingkan beberapa hal seperti harga yang jauh lebih tinggi di bandingkan dengan harga gas elpiji pemerintah serta kehematan dalam pemakaian dan nyala api yang jauh lebih baik dari gas elpiji pemerintah. Mungkin hal tersebut dianggap wajar oleh mereka dalam hal harga karena mereka menganggap mereka mempunyai kelebihan tersendiri dalam hal pengamanan dalam memakai gas elpiji milik mereka, namun mereka tidak bisa begitu saja mengesampingkan beberapa hal tersebut tadi, seperti nyala api yg lebih baik dan kehematan dalam menggunakan elpiji tersebut. Mereka seharusnya juga mempertimbangkan hal tersebut dan tak hanya mengambil keuntungan yang besar di tengah-tengah gentingnya masalah elpiji pemerintah walaupun itu hak mereka sebagai “perusahaan kreatif”. 

0 komentar:

Posting Komentar